Posts

Showing posts from 2012

Murid Ke-Tujuh

Aku hanya terdiam menyaksikan situasi ganjil yang sedang terjadi di hadapanku ini. Enam orang murid duduk menunduk dalam diam, sementara tangan mereka sibuk menuliskan sesuatu di atas meja. Entah apa yang mereka tuliskan di atas meja kayu mereka, tapi yang jelas mereka tampak terobsesi dengan apa yang mereka tuliskan. Aku menatap sekilas ke arah meja salah satu murid dan melihat simbol-simbol aneh sudah tertera disana. Tapi karena berulang kali dituliskan, simbol-simbol itu kini sudah terukir di meja yang terbuat dari kayu itu. Suara goresan pena yang terus menerus tanpa henti membuat suasana semakin terasa mencekam. Tapi diantara mereka, ada satu orang murid yang hanya diam dan memandangiku sambil tersenyum. Dia adalah murid ke-tujuh. Wajahnya sekilas terasa familiar bagiku, tapi aku tahu pasti dia bukan bagian dari kelasku. Aku yakin 100% kalau aku belum pernah melihatnya sebelumnya di sekolah, tapi entah kenapa aku merasa mengenal siapa dirinya. Pa

Everday Adventure III

Everyday Adventure III: For The Future “Baron! Ambilkan bor listrik dan kunci pas nomor 8, cepat!” Seruan Airi terdengar nyaring, mengalahkan suara riuh rendah yang sejak pagi terdengar di sekitarnya. Baron yang sedang sibuk merakit sebuah kaki, segera berdiri dan mengambilkan alat-alat yang diminta oleh Airi. Android itu lalu mengamati sosok mungil Airi yang sedang berjuang menyelamatkan nyawa seorang android. Tubuh android itu tampak rusak parah di beberapa bagian dan sepertinya nyaris mustahil dipulihkan. Kedua mata robot berteknologi cyber-brain itu terlihat tidak fokus ketika dia memandang ke sekelilingnya. Sesekali cahaya di mata elektroniknya itu berkedip, menandakan kalau kerusakan yang dialaminya sudah sangat parah. “Bagaimana? Bisa diselamatkan?” Baron bertanya sambil sesekali membantu Airi mengambilkan peralatan atau suku cadang yang mereka buat dari barang rongsokan. “Pasti bisa!” sahut Airi tanpa menoleh. Kedua mata wanita asia itu terfokus pada pekerjaa

[Fantasy Fiesta 2012]: Planetarium

Image
Illustration by: Mukhlis Nur “Kenapa sih ada orang yang membangun gedung di puncak bukit?” Aku menggerutu sambil melangkahkan kaki menaiki ribuan anak tangga di depanku. Kotak logam yang kubawa jadi terasa semakin berat seiring dengan tiap langkahku. Matahari yang bersinar terik di atas sana membuat penderitaanku semakin lengkap. Sesekali aku menyeka keringat yang mengucur di wajahku. “Kalau ini bukan urusan penting, aku tidak mau susah payah begini!” Aku menggerutu lagi sambil terus melangkah naik. Butuh waktu 15 menit hingga akhirnya aku sampai di puncak bukit. Sambil berteduh kelelahan di bawah pohon, aku memandang ke arah Planetarium di depanku. Bangunan tua itu sudah ditinggalkan tidak terpakai selama beberapa tahun, dan ada tanda larangan masuk di pintunya. Tapi beberapa hari yang lalu aku berhasil mendapat izin untuk menggunakan tempat itu. “Cyrus!! Kenapa lama sekali?!”  Seorang gadis terlihat berdiri di pintu masuk Planetarium sambil mencibir ke arahku. “